Jumat, 19 Oktober 2012

Hayy bin Yaqdzan





 
 Kisah hay ibn yaqzhan

                “Arkian, menurut cerita orang-orang tua kita dahulu kala (demikianlah Ibnu Thufail memulai ceritanya). Di daerah tanah India, di bawah khatulistiwa, ada sebuah pulau yang didiami oleh seorang manusia yang lahir tidak berbapak dan tidak beribu. Hal yang demikian itu dimungkinkan terjadi karena atmosfer di pulau itu adalah atmosfer yang sungguh nyaman dan paling bersih di dunia ini, oleh karena mendapat cahaya dari ruang langit yang paling tinggi. Ada yang mengatakan bahwa seseorang yang tinggal dipulau tersebut bernama Hay bin Yaqdzan.
                Sebelumnya, ada yang mengatakan pula bahwa didekat pulau yang dimaksudkan itu ada lagi sebuah pulau yang amat banyak penduduknya. Pulau ini diperintah oleh seorang raja, yang amat tinggi hati dan cemburu tabiatnya. Raja tersebut memiliki seorang saudari perempuan yang selalu dihalang-halangi apabila hendak bersuami. Karena menurut pendapat pendapat sang raja belumlah ada pria di negerinya yang sepadan dengan saudari perempuannya itu. Walaupun demikian, saudari raja tersebut akhirnya dapat juga menikah secara rahasia dengan seorang petani yang dicintainya, menurut peraturan agama yang berlaku di negeri itu. Hingga kemudian didapatlah dari pasangan suami-istri tersebut seorang anak laki-laki yang mereka namakan “Hay bin Yaqdzan”.

METODE PENGAJARAN NAHWU


THARAIQ TADRIS AL-LUGHAH AL-ARABIYAH -2
Tentang
“ Metode Pengajaran Nahwu ”
A.      Metode-metode Mengajar Nahwu (tarkib)
Dalam pengajaran nahwu dititikberatkan pada salah satu sarana untuk memperbaiki susunan uslub-uslub bahasa Arab yang merupakan satuan pelajaran yang terdiri dari kaidah-kaidah yang harus diajarkan dan diwajibkan bagi siswa untuk mengetahui dan memahaminya.Demikian pula pelajaran nahwu ini, ditekankan pula penghafalan kaidah-kaidah, dari sini muncul ide-ide untuk mencari metode yang tepat dan handal untuk mengajarkan ilmu nahwu pada anak didik.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami akan mengetengahkan metode-metode yang berkaitan dengan pengajaran nahwu.
1.    الطريقة القياسية(Metode Deduktif = Analogi)
Metode al-Qiyas (deduktif) adalah cara mengajarkan nahwu yang terlebih dahulu guru memaparkan kaidah-kaidah kepada anak didiknya kemudian disusul dengan pemberian contoh-contoh dalam bentuk pola kalimat yang diambil dari bahan bacaan. Metode ini termasuk metode yang tertua dalam pengajaran ilmu nahwu. Meskipun metode ini sudah lama tetapi masih dipergunakan dalam pengajaran bahasa Arab dan Departemen Pendidikan di negara Arab. Teknik penyajian metode al-qiyas (deduktif) ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a.         Pemaparan kaidah-kaidah, yaitu guru menuliskan di papan tulis dengan terang dan jelas kemudian guru membacanya dan diikuti oleh para siswa dan secara berulang-ulang dan akhirnya para siswa dapat menghafalnya dan memahaminya.
b.        Pemaparan contoh-contoh, yakni guru menjelaskan posisi kaidah-kaidah yang terdapat contoh-contoh sehingga siswa dapat memahaminya, kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan para siswa, setelah jam pelajaran akan berakhir guru memberikan tugas-tugas kepada para siswa untuk diselesaikan di rumah di luar jam pelajaran yang telah ditentukan, baik dalam bentuk tugas mandiri maupun kelompok.
2.         الطريقة الاستنباطية (Metode induktif)
Metode istinbathiyah disebut juga metode induktif. Metode istinbathiyah adalah metode yang dimulai dengan pemaparan contoh-contoh dengan memperbanyak latihan-latihan, kemudian dilanjutkan sampai kepada generalisasi atau pemaparan kaidah-kaidah yang umum. Metode ini sesuai digunakan kepada tingkat mutaqadimin (tinggi). Adapun pada tingkat mutawasit ataupun pemula, mereka belajar nahwu dengan nash sempurna, membaca dan memperbanyak latihan kemudian diikuti dengan pemahaman kaidah nahwu. (Ali Ahmad madhur, 1991 : 338).[1]
Metode ini mulai dipergunakan di sekolah-sekolah negara Arab ketika delegasi Arab dari Eropa kembali ke negara mereka pada awal abad ke XX. Metode penyajian metode Istinbath (induktif) adalah:
a.         Teknik penyajian I: yakni dengan pemaparan contoh-contoh sederhana kemudian kaidah-kaidah. Pemaparan ini disebut juga pemaparan contoh-contoh yang bervariasi atau contoh yang beragam, cara pemaparan contoh yang berlainan disebabkan karena terkadang contoh-contoh yang dipaparkan sangat bervariasi dan tidak ada kaitannya dengan contoh yang lain.
b.        Teknik II: yaitu metode pemaparan teks (nash) kemudian contoh-contoh disusul dengan kaidah-kaidah nahwu.