Kisah hay ibn yaqzhan
Sebelumnya, ada yang mengatakan pula
bahwa didekat pulau yang dimaksudkan itu ada lagi sebuah pulau yang amat banyak
penduduknya. Pulau ini diperintah oleh seorang raja, yang amat tinggi hati dan
cemburu tabiatnya. Raja tersebut memiliki seorang saudari perempuan yang selalu
dihalang-halangi apabila hendak bersuami. Karena menurut pendapat pendapat sang
raja belumlah ada pria di negerinya yang sepadan dengan saudari perempuannya itu. Walaupun demikian, saudari raja
tersebut akhirnya dapat juga menikah secara rahasia dengan seorang petani yang
dicintainya, menurut peraturan agama yang berlaku di negeri itu. Hingga
kemudian didapatlah dari pasangan suami-istri tersebut seorang anak laki-laki
yang mereka namakan “Hay bin Yaqdzan”.
Akan tetapi alangkah sedihnya
bilamana sukacita si Ibu dan si Bapak diputuskan, karena terpaksa harus
berpisah dengan anak mereka yang baru lahir itu, dengan alasan hendak
menyembunyikan pernikahan mereka yang tidak disukai oleh raja yang angkara
murka itu. Hay bin Yaqdzan dimasukan kedalam sebuah peti bertutup oleh
ibunya. Dengan diiringi oleh teman-teman ibunya yang setia, pergilah si Ibu
membawa si jantung hatinya dimalam yang gelap gulita ke tepi pantai. Disanalah
ia berpisah dengan anaknya yang tercinta untuk selama-lamanya. Dengan hati
remuk redam dan air mata yang bercucuran diletakanlah peti kecil itu ditepi
laut serta berdoa kehadirat Ilahi,
“Ya Tuhanku, Engkaulah yang menjadikan anak ini diwaktunya
dia belum ada, Engkau pelihara dia selama di dalam kandunganku dan telah Engkau
pelahara dia dari mulai lahir hingga sampai saat ini”. “Maka sekarang, kuserahkan anakku
ini kepada lindungan Engkau, ya Tuhanku, karena takut kepada raja yang dzalim
itu. Janganlah dia Engkau tinggalkan, ya Arhamarrahimin”.
Sejurus kemudian datanglah pasang
naik yang biasanya meliputi pantai itu setahun sekali. Peti yang berisi bayi
itu dibawa alun, terapung-apung beberapa lama di lautan yang besar, tertutup
oleh ranting-ranting dan dedaunan kayu, terlindung dari hujan dan panasnya
matahari. Setelah pasang mulai turun terkandaslah peti tersebut pada
sebuah pulau lain yang tidak didiami oleh manusia. Setelah terhempas beberapa
kali oleh ombak tepi laut, pecahlah kunci peti tersebut. Sesaat kemudian
terdengarlah tangis Hay bin Yaqdzan yang sayup-sayup karena kedinginan dan
kelaparan oleh seekor rusa betina yang baru saja kehilangan anaknya. Disangka
kambing itu adalah anaknya yang memanggil-manggil, dengan cepat ia berlari
menuju sumber suara. Ternyata yang didapati oleh kambing tersebut adalah sebuah
peti yang hampir pecah. Setelah ditanduknya beberapa kali, petipun terbelah
menjadi dua, dan dilihat didalamnya terdapat seorang anak yang sedang menangis
kedinginan. Melihat kondisi anak itu, maka jatuhlah rasa kasihan si rusa betina
itu, lalu disusukan dan dipeliharanya sebagai penggganti anaknya sendiri yang
sudah hilang.......!”.
Demikianlah Ibnu Thufail memulai
roman falsafahnya dengan sajak ritma prosa yang meningkatkan selera pembaca
untuk membacanya. Begitulah contoh apabila ilmu falsafah jatuh ke tangan
seorang ahli syair. Ia berusaha agar ilmu falsafah yang ia miliki dapat
memasuki alam pikiran pembaca melalui keahliannya sebagai ahli syair.
Ketika si pembaca sedang asyik
merunutkan kisah nasib Hay bin Yaqdzan, setahap-demi setahap disisipkanlah
ilmu-ilmu alam tentang teori “spontan generation” dan dihubungkannya dengan asal-usulnya
Hay bin Yaqdzan pada awal cerita, yakni tentang mungkin atau tidaknya suatu
makhluk yang lahir dari tumbuh-tumbuhan, hewan ataupun manusia yang secara
tiba-tiba mengalami proses pertumbuhan dan pengasuhan oleh makhluk yang berbeda
jenis, tidak sebagaimana mestinya. Begitulah seterusnya cerita roman
ini menarik pembacanya untuk merunutkan keberuntungan Hay bin Yaqdzan dari
kecil menjadi muda, remaja, dewasa, hingga berpikiran matang.
Berkat penglihatannya yang jernih
baik dari mata dzahirnya maupun mata hatinya, pendengarannya yang sehat, serta
perasaan dan akalnya yang tajam didapatlah bermacam-macam ilmu yang ia dapat
secara otodidak berupa ilmu berburu, bercocok tanam, bertenun, ilmu anatomi,
dan lain-lain. Dan dari setiap kepintaran dan pendapat baru itu oleh Ibnu
Thufail selalu disisipkan bermacam-macam pandangan falsafah dalam roman itu.
“Amatlah sedih hati Hay bin Yaqdzan ketika kambing yang
menyusui dan mengasuhnya diwaktu kecil itu jatuh sakit. Ia mencoba memeriksa
penyakit apa yang diderita kambing itu dan apa penyebabnya. Dan setelah kambing
itu mati, diperiksanyalah jikalau penyakit yang menyebabkan maut itu dapat
dilihat dalam dada hewan tersebut. Dibelahnya dada kambing itu dengan batu yang
sudah diasahnya hingga tajam, diselidikinya struktur dan susunan jantung
(pelajaran anatomi).
Timbulah perasaannya , bahwa sesuatu
yang telah meninggalkan badan binatang itu adalah sesuatu yang tidak bersifat
maddah tetapi bersifat lebih halus dari itu, yaitu ruhani yang apabila
terhubung dengan badan jasmani menjadikan satu hewan yang hidup...........”. (bersambung ya ....!!!)
If you're attempting to lose pounds then you certainly have to start following this totally brand new custom keto meal plan diet.
BalasHapusTo produce this keto diet service, certified nutritionists, personal trainers, and cooks joined together to develop keto meal plans that are effective, convenient, economically-efficient, and enjoyable.
Since their grand opening in January 2019, 1000's of individuals have already transformed their body and well-being with the benefits a certified keto meal plan diet can provide.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-confirmed ones offered by the keto meal plan diet.