Kamis, 03 Mei 2012

nadhariyah taallum

  1. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sebagai contoh diatas, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, Sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tugas tersebut merupakan penguatan negatif. Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya respon.
Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan skinner. Pada dasarnya para penganut teori ini setuju dengan pengertian belajar diatas, namun ada perbedaan pendapat diantara mereka.1
  1. Hukum Efek Thorndike
Pada saat yang hampir sama dengan dilakukannya sebuah eksperimen pengkondisian klasik anjing oleh Ivan Pavlov, E. L. Thorndike sedang mempelajari kucing dalam kotak. Thorndike menempatkan kucing yang lapar dalam sebuah kotak dan meletakkan ikan di luar kotak. Untuk bisa keluar dari kotak, kucing itu harus mengetahui cara membuka palang di dalam kotak tersebut. Pertama-tama kucing itu melakukan beberapa respons yang tidak efektif. Dia mencakar atau menggigit palang. Akhirnya, kucing itu secara tidak sengaja menginjak pijakan yang membuka palang pintu. Saat kucing dikembalikan ke kotak, dia melakukan aktifitas acak sampai dia menginjak pijakan itu sekali lagi. Pada percobaan berikutnya, kucing itu semakin sedikit melakukan gerakan acak, sampai dia akhirnya bisa langsung menginjak pijakan ituuntuk membuka pintu. Hukum efek (law effect) Thorndike menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah. Pandangan Thorndike ini disebut juga teori S-R karena perilaku organisme itu dilakukan sebagai akibat dari hubungan stimulus dan respons2.

  1. Teori Operant Conditioning
Teori pembiasan perilaku respon (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner lahir pada tahun 1904. Karya tulisnya yang dianggap baru atau terakhir berjudul “About Behaviorism” diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri.
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responnya didatangkan oleh stimulus tertentu), respon dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning.
Dalam salah satu eksperimennya, skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama “ Skinner Box ”. peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok, yakni manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri dari tombol, batang jeruji, dan pengukit.
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada sekitarnya, mencakar dinding, dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar), yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu. Kemudian gilirannya, secara kebetulan salah satu emitted behavior tersebut (seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir makanan ke dalam wadahnya. Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan penguat (reinforcer) bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah yang disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila diiringi dengan reinforcement, yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan. Fungsi reinforcer (penguat) adalah untuk memperkuatatau memperlemah tingkah laku balas yang timbul.
Jelas sekali bahwa eksperimen Skinner diatas mirip sekali dengan trial and error learning yang ditemukan oleh Thorndike. Dalam hal ini, fenomena tingkah laku belajar menurut Thorndike selalu melibatkan satisfaction/kepuasan, sedangkan menurut Skinner fenomena tersebut melibatkan reinforcement/penguatan. Dengan demikian, baik belajar dalam teori S-R Bond maupun dalam teori operant conditioning atau tidak, keduanya mengakui arti penting law effect. Prinsip teori-teori dan hukum tersebut adalah kalau rangsang memberikan akibat yang positif atau memberikan ganjaran (rewarding), maka tingkah laku balas terhadap rangsangan tersebut akan diulangi pada kesempatan lain dimana rangsang yang sama timbul. Sebaliknya, kalau rangsang memberi akibat negatif (menghukum, “punishing”), hubungan rangsang balas itu akan dihindari pada kesempatan lain.
Selanjutnya, proses belajar dalam teori operant conditioning juga tunduk kepada dua hukum operant berbeda, yakni : law of operant conditioning dan law of conditioning extinction. Menurut law of operant conditioning, jika timbulnya tingkah laku operant diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut meningkat. Sebaliknya, menurut law of operant extinction, jika timbulnya tingkah laku operant yang telah diperluas melalui proses conditioning itu tidak diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tersebut akan menurun atau bahkan musnah. Hukum-hukum ini pada dasarnya sama saja dengan hukum-hukum yang melekat dalam proses belajar menurut teori pembiasan yang klasik3.
Teori Skinner ini banyak diterapkan dalam pendidikan formal terutama dalam metode dan teknologi pengajaran. Memilih rangsangan dan memberikan peneguhan adalah merupakan unsur utama dalam pengajaran. Dalam pengajaran di dalam kelas, unsur pelajar perlu mendapat perhatian, terutama dalam aspek perbedaan individual, kesiapan untuk pembelajaran, dan motivasi. Dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan masalah pemindahan pembelajaran (transfer of learning), pembelajaran kecakapan “bagaimana belajar”, dan penyelesaian masalah. Aspek lain yang perlu dikembangkan adalah peneguhan sosial, yaitu lingkungan sosial yang dapat menegukan perilaku pembelajaran misalnya aktifitas kelompok, teman sebaya, dukungan masyarakat, dsb. Dlam mengembangkan suasana kelas yang positif, teori Skinner menyarankan peringkat-peringkat sebagai berikut : (1) menganalisis keadaan lingkungan kelas, (2) mengembangkan hal-hal yang dapat menjadi peneguhan positif, (3) memilih perilaku-perilaku pembelajaran yang akan diterapkan dalam kelas, (4) menerapkan perilaku pembelajaran dengan memberikan pengendalian untuk mencatat dan menyesuaikan kalau diperlukan.4


BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, kami mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  1. Behaviorisme berpendapat bahwa perilaku terbentuk melalui perkaitan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respons). Menurut pendekatan ini perilaku adalah sesuatu yang dapat diamati dengan alat indera.
  2. Tokoh-tokoh aliran Behaviorisme ini antara lain adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner.
  3. Pada dasarnya antara teori Thorndike dan teori Skinner memiliki kesamaan, yaitu mereka mempercayai hukum efek (law of effect) yaitu perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan sebaliknya perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.
  4. Teori operant conditioning dikemukakan oleh B.F. Skinner. Skinner mengatakan bahwa faktor penguat (reinforcer) sangat berpengaruh dalam teorinya.
  5. Dalam teori operant conditioning ada dua hukum yaitu law of operant conditioning dan juga law of conditioning extinction.
  6. Teori operant conditing sering diterapkan dalam pembelajaran pendidikan formal.

daftar pustaka

1 Asri Budiningsih.Belajar dan Pembelajaran.(Jakarta:Rineka Cipta.2005).hal.20

2 John W. Santrock.psikologi pendidikan.(Jakarta:Prenada Media.2008).hal.272

3 Muhibbin Syah.Psikologi Belajar.(Jakarta:Rajawali Pers.2006).hal.98-100

4 Mohammad Surya.Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran.(Bandung:Pustaka bani Quraisy.2004).hal.29

1 komentar:

  1. TRAUMA DENGAN AGENT POKER YANG NGAKU NYA TERPECAYA ?ATAU TAKUT BANGKRUT AKIBAT BANYAK MODAL YANG DI KELUAR KAN ?
    HANYA S1288POKER SOLUSI NYA UNTUK MASALAH ANDA YUK SEGERA GABUNG DI S1288POKER AGENT POKER TERPECAYA DI INDONESIA NGAK YAKIN?
    BISA BUKTIKAN SENDIRI KOK S1288POKER NGAK AKAN MEMBUAT ANDA MENYESAL UNTUK BERMAIN DI S1288POKER. (PIN BBM: 7AC8D76B)

    BalasHapus